Day 51: Realize
.
Another girl. That girl
.
Satu hari seperti hari lainnya. Tak ada berbeda. Bangun, kampus, materi pelajaran, istirahat, latihan music. Seperti biasanya, melangkah keluar dari ruang music sesosok pemuda dengan paras rupawan juga beberapa buku di tangannya. Bertukar kata dengan beberapa temannya. Sama seperti biasanya. Melewati koridor kampus, melirik kearah kaca jendela. Rerumputan hijau, kursi kayu atau batu. Beberapa mahasiswa lainnya mengerjakan tugas atau berbincang dengan sesame teman sebaya.
Langkah berhenti, perempuan dengan pita merah di rambutnya. Sekali lirikan, pemuda menjauh dari sosok perempuan itu. Tidak menyadari pandangan yang dilontarkan ke punggung si pemuda.
.
“Zan?” Dengan pita rambut berwarna merah seorang perempuan tersenyum. Ia menemukan nama pemuda itu. Pemuda yang melirik padanya sore itu. Senyum itu semakin lebar, otaknya berputar membuat sebuah rencana.
Teman-teman di sekitarnya tidak bias melihat rencana apa yang telah dibuat. Mereka melanjutkan pembicaraan ke topic lainnya. Perempuan itu, Yin, tidak mengatakan apa pun terhadap pergantian topic. Masih sibuk dengan pemikirannya.
.
Zan sangat paham bahwa ia bukan seseorang yang mudah berteman atau sekedar menjadi teman bicara. Ia paham betul sifat dingin yang dirasakan hampir semua orang yang ditemuinya. Menyendiri di pojok taman kampus dengan beberapa buku tugas dan buku musik. Hanya hal lainnya yang ada di hidup seorang Zan.
“Zan! Minum mu.” Salah satu teman yang berhasil masuk ke dalam lingkaran pertemannya adalah pemuda ini, Ichen.
“Aku duluan pulang, ada pekerjaan. Tapi, tadi ada yang mencarimu. Another girl. Dasar tuan popular. Bye bye.” Ichen tertawa sambil melambai dan pergi begitu saja.
Zan membutuhkan beberapa detik untuk mengolah informasi yang diberikan Ichen. Perempuan? Membuang hela nafas nya. Ia kembali pada tugasnya. Ketenangan bertahan beberapa menit hingga sebuah tangan muncul di penglihatannya. Seseorang duduk tepat di depannya.
Pita merah di rambut perempuan itu terlalu mencolok dan mengambil perhatiannya. Ia seakan mendapatkan bayangan beberapa hari lalu. Perempuan ini adalah that girl. Berada di antara banyak perempuan lainnya, tapi seakan ada magnet yang menarik matanya tertuju pada dia.
“Hai Zan. Aku Yin.” Dengan senyum lebar dan hangat. Seakan matahari pagi bersinar. Matanya hitam berbinar cerah.
“..”
“Hei, apa kau baik-baik saja?” Yin memiringkan kepalanya. Pemuda di depannya, terpaku diam. Dengan mudahnya Yin kembali tersenyum dan mempersilakan dirinya duduk. Dia menyadari pipinya menghangat.
“..Ya” suara Zan dengan lembut menjawab. Jika Yin tidak fokus pada laki-laki di depannya mungkin dia tak akan mendengar jawaban itu.
Beberapa menit tidak ada yang bersuara hanya sekedar saling bertatap dan memandang. Keduanya mencengkram masing-masing benda yang ada di tangan mereka. Zan menggenggam erat buku di tangannya. Yin memegang erat ujung bajunya.
“Em..”
“Mn..”
Keduanya saling membuka mulut, berusaha membuka pembicaraan. Dengan begitu banyak kecanggungan, kedua insan membuka halaman baru di hidup mereka.
.
.
26/01/2021